Bimtek Program Pencegahan Perundungan di Satuan Pendidikan  (Program ROOTS)

Dalam rangka mencegah perundungan di sekolah, SMP Negeri 1 Pulosari mengadakan Bimtek Program Pencegahan Perundungan di Satuan Pendidikan  (Program ROOTS) pada tanggal 7 – 9 Maret 2024. Bertempat di Ruang Keterampilan, Bimtek yang diikuti seluruh guru dan karyawan SMP Negeri 1 Pulosari ini diisi oleh Budiman, S.Pd., kepala SMP Negeri 3 Belik sebagai narasumber.

Mempromosikan nilai-nilai kerjasama, toleransi dan kebaikan sebagai bagian dari pembangunan karakter bisa mengurangi perundungan dan jenis kekerasan lain di sekolah, yang kemudian menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik bagi siswa, serta anggota masyarakat yang lebih prososial dalam jangka panjang. Langkah yang perlu dipertimbangkan adalah dengan membentuk agen perubahan program Roots.  Dilansir dari Kemendikbud, Roots adalah sebuah program pencegahan perundungan berbasis sekolah yang telah telah dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017 bersama Pemerintah Indonesia, akademisi, serta praktisi pendidikan dan perlindungan anak.

Pada dasarnya program ini dilakukan untuk mengatasi perundungan atau bullying di sekolah dengan melibatkan teman sebaya. Karena biasanya program untuk mengatasi perundungan atau bullying hanya dilakukan oleh guru saja tanpa melibatkan siswa sama sekali. Dalam program Roots guru akan membentuk tim yang terdiri dari beberapa siswa yang memiliki pengaruh terhadap teman-teman di sekolahnya untuk menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak positif terhadap tindak perundungan.

Siswa yang dipercaya sebagai penggerak program Roots biasanya telah aktif di organisasi (seperti OSIS) atau memiliki peran yang baik di kelas (seperti ketua kelas atau yang lainnya). Namun, hal ini tidak menjadi satu-satunya patokan. Karena bisa saja program Roots dijalankan oleh siswa biasa yang belum pernah aktif sama sekali namun dipercaya oleh teman-temannya.

“Alih-alih mengajari siswa bagaimana caranya menghadapi perundung, yang lebih utama adalah mengajari siswa untuk tidak menjadi perundung”